Festival Apeman dan Kirab Budaya Kelurahan Wirobrajan
Tradisi Apeman ini adalah gabungan dari unsur keagamaan dan adat kesenian budaya orang jawa. Acara ini diadakan setiap menjelang datangnya bulan suci ramadhan, tradisi ini memiliki makna sebagai permohonan ampun kepada Tuhan Yang Maha ESA, saling meminta maaf lahir batin antar umat muslim sebelum datangnya bulan suci ramadhan, sebagai bentuk dari rasa syukur atas rizki bagi umat muslim di yogyakarta dan unrtuk mendoakan para leluhur terdahulu.
Semua warga masyarakat jogja biasanya ikut serta berpartisipasi dalam pembuatan apem. Bahan yang biasanya di gunakan untuk membuat apem yaitu tepung beras, tepung terigu, gula pasir, air santan, gula pasir, garam, tape singkong, dan fermipan. Setelah itu seluruh apem yang telah di buat masyarakat jogja akan di kumpulkan dan dibentuk menjadi seperti gunungan. Gunungan apem ini lalu di kirab( di arak seperti pawai) bersama-sama ke sepanjang jalan melewati malioboro, lalu setelah di kirab, gunungan apem tersebut di bagikan / di sebar pada masyarakat. Mereka saling berebut apem tersebut, karena warga jogja percaya bahwa apem-apem tersebut dipercaya dapat membawa berkah bagi siapa yang berhasil mendapatkannya.
Begitu juga hal nya dilakukan warga Kelurahan Wirobrajan, Festival Apeman dan Kirab Budaya dilaksanakan dengan melibatkan 12 RW se Kelurahan Wirobrajan. Agar Budaya dan tradisi tetap terjaga, maka kita harus melestarikan dan melaksanakannya supaya anak cucu kita tidak lupa akan tradisi dan budaya Yogyakarta, ujar Lurah Wirobrajan Sri Suwardani, S.Sos.
Pada Kirab Apeman, kue apem yang merupakan makanan tradisional ini disusun sedemikian rupa menjadi gunungan. Nantinya, gunungan tersebut dibawa keliling kampung dan dibagikan ke warga.
Banyak makna positif yang terkandung pada Kirab Apeman ini. Apem menjadi simbol saling memaafkan setiap warga. Usai keliling kampung, apem dikumpulkan dan di doakan bersama sama dan kemudian dibagikan ke seluruh warga.